Embung Batara Sriten adalah embung tertinggi yang dibangun di Jogja dengan ketinggian 896 meter di atas permukaan laut (mdpl). Lokasi embung ini terletak di Desa Pilangrejo, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul. Embung ini mulai dibangun sejak 10 Oktober 2014 dan telah diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X pada 17 Maret 2015. Untuk menuju lokasi ini cukup mudah, yaitu melewati jalan Wonosari dan cari arah menuju Nglipar. Papan-papan petunjuknya sudah tersedia untuk memudahkan pejalan yang akan mengunjungi. Kalau masih bingung selama di perjalanan, bisa memakai google maps atau bisa juga bertanya dengan penduduk sekitar.
Jalan menuju embung dibilang cukup ganas untuk kendaraan bermotor. Jika kalian mengunjungi dengan menggunakan motor bertransmisi matic, lebih baik jangan dipakai untuk berboncengan karena kemiringannya cukup tinggi sehingga mau tidak mau yang dibonceng harus turun berjalan kaki yang cukup jauh. Akan lebih aman menggunakan motor bertransmisi manual atau motor sport. Begitu pula dengan mobil juga harus dengan tenaga yang besar. Bagaimana dengan pulangnya? Jalan hanya turun-turunan, sebaiknya beberapa kali berhenti untuk mendinginkan rem karena jika nekat turun terus maka rem akan menjadi panas memuai dan blong. UTAMAKAN KESELAMATAN BERKENDARA!
Embung atau cekungan penampung (retention basin) adalah cekungan yang digunakan untuk mengatur dan menampung suplai aliran air hujan serta untuk meningkatkan kualitas air di badan air yang terkait (sungai, danau). Embung digunakan untuk menjaga kualitas air tanah, mencegah banjir, estetika, hingga pengairan. Embung menampung air hujan di musim hujan dan lalu digunakan petani untuk mengairi lahan di musim kemarau. (Sumber : Wikipedia)
Nah sudah jelaskan embung itu apa? Jadi jangan coba-coba berenang di embung kalau tidak ingin dijemur seharian di pinggir petilasan!
Kami sekelompok pejalan dari Jogja, Solo, dan Salatiga memutuskan untuk mendirikan tenda di bukit yang ada petilasannya tersebut. Dari bukit ini kita dapat melihat pemandangan yang indah seperti Kota Wonosari, Kota Jogja, Rowo Jombor di Klaten, dan Waduk Gajah Mungkur di Wonogiri. Ketika kami datang, matahari terbenam belum tersajikan dengan indah karena terhalang dengan awan yang mendung.
Udara di malam hari semakin dingin karena hujan dan hembusan angin, akhirnya 3 orang termasuk aku turun bukit menuju pendapa joglo. Alih-alih menahan dingin dan ingin tidur di pendapa, kedua orang temanku lebih memilih untuk di luar joglo sedangkan aku sendiri dengan muka tebal duduk di pendapa yang sedang diadakan rapat kecil antara kepala dusun dengan pemuda-pemuda karang taruna setempat yang mengelola kawasan embung.
Dari ikut nimbrung rapat ini aku mendapat pengetahuan yang cukup di luar dugaan. Cikal bakal pembangunan embung ini diprakasai oleh masyarakat sendiri, semua dikerjakan dengan secara gotong-royong hingga akhirnya pemerintah memberikan bantuan dana. Meskipun mendapatkan bantuan dari pemerintah, warga tetap bergotong-royong membangun embung, jalan, dan infrastruktur. Embung Batara Sriten adalah karya cipta gotong-royong dari warga untuk meningkatkan taraf hidup mereka dari warga pemecah batu menjadi petani buah. SALUT!
Tepi embung tidak ada lampu seperti yang ada di Embung Nglanggeran. Bintang-bintang tersembunyi dari balik awan dan rintik hujan. Malam ini gelap gulita yang cukup dingin kecuali di pendapa berlampu listrik dari sumber tenaga listrik lokal. Setelah rapat berakhir dan pesertanya bubar, pendapa kami ambil alih sebagai tempat berteduh untuk tidur. Udara di pendapa cukup hangat dari cahaya lampu hingga membuatku terlelap tidur. Nah tenda yang sudah dipasang bagaimana? | Tenda yang sudah terpasang dibiarkan saja di sebelah bukit tanpa dihuni siapapun.
Udara segar pagi sudah tercium wangi di kulit wajahku, takkan kusiakan kesempatan yang unik ini untuk meregangkan otot dan membiarkan keringat sedikit terkucur. Jalan-jalan pagi memutari embung dan naik bukit sambil menikmati panorama matahari terbit dengan cermin air yang berada di embung. Terlalu sayang jika tidak menyempatkan waktu untuk menikmati salah satu keindahan yang ada di alam Jogja ini. Nikmatilah pengalaman tersebut dengan keluarga atau sahabat anda hingga pada akhirnya ikatan batin itu akan terjalin dengan erat dan yang terpenting adalah ucapkanlah syukur pada setiap keadaan yang kita nikmati.
JT 2015 21-22 Maret
Indahnya pemandangan di pagi hari dengan ditemani oleh sang pencerah :3
Hehehe kebetulan mataharinya tidak ketutup awan
Mantap bener ini embungnya.
Musti segera merapat kesana ini.
Thanks min info wisata asiknya.
Salam Jelajah Jogja Istimewa
Sama-sama. Salam Jogja Istimewa