Seorang sopir yang baik berkata padaku, “Kalau umumnya orang bekerja keras untuk bertahan hidup atau hidup yang lebih baik, beda dengan orang Toraja. Mereka bekerja keras untuk menguburkan keluarga yang sudah meninggal.”
Tana Toraja khususnya di Rantepao sudah cukup dikenal dengan adat pemakaman yang khas jadi tak salah jika orang menyebut wisata Tana Toraja sama dengan wisata kuburan. Wisata kuburan tak selalu identik dengan keangkeran namun terdapat kisah cinta yang mewarnai kemegahan gua kubur di Londa.
Londa adalah kawasan pemakaman keluarga yang terletak pada satu bukit. Seekor kerbau besar menyambut kami di depan undak-undak pintu masuk menuju pemakaman. Di dekat pertokoan yang menjual souvenir dengan corak Tana Toraja, ada beberapa orang lokal yang siap memandu pelancong yang datang dengan membawa sebuah lampu minyak. Pemandu dengan segudang cerita sejarah ini mengantarkan kami untuk menyusuri gua kubur.
Sebelum memasuki gua kubur, ada tandu pembawa jenasah khas Toraja dengan corak utama simbol kerbau dan matahari. Peti-peti ada yang bersandar di dinding tebing, juga bersandar dengan rapi patung-patung dalam sebuah ruang kecil di dinding tebing. Patung-patung tersebut adalah tiruan dari seorang keluarga yang sudah meninggal. Semakin bagus patung yang bertengger di ruang tersebut menunjukkan semakin besar persembahan yang mereka keluarkan untuk mendiang keluarga yang mereka sayangi.
Gua kubur Londa ini berada pada bukit dengan struktur tanah karst atau kapur. Diperkirakan ada ribuan jenasah di dalam gua kubur tersebut. Sejak Injil masuk dan berkembang di Tana Toraja, animisme yang dianut oleh Suku Toraja beralih-alih berganti. Begitu pula dengan tata cara penguburannya, hingga saat ini menggunakan peti untuk menyemayamkan jenasah dengan beberapa simbol Nasrani yang menghiasi gua kubur.
Di satu sudut gua kubur ada sesuatu yang menarik. Jika kita melihatnya dengan tidak seksama dan tidak didampingi oleh pemandu, maka hal menarik tersebut tidak akan anda temukan. Terdapat sebuah makam yang menunjukkan sebuah cinta sejati dari sepasang kekasih. Mereka adalah Lobo dan Andui. Kisah cinta yang tidak berjalan mulus dan diakhiri dengan sebuah kisah tragis. Mereka memilih mengakhiri hidup dengan gantung diri bersama di sebuah pohon. Kisah cinta mereka tidak direstui oleh keluarga karena mereka masih dalam satu keluarga bangsawan yang memegang teguh tradisi dari leluhur. Keluarga menyepakati untuk memakamkan keduanya secara berdampingan di gua kubur Londa. Kisah cinta mereka akan abadi di telinga generasi Suku Toraja.
Untuk melihat bukit Londa dari sisi yang berbeda, sebaiknya kita memilih jalur yang berbeda dari jalan masuk awal. Kita memilih untuk menaiki jalan menanjak di depan bukit Londa. Gua kubur yang terlihat angker berakulturasi dengan panorama alam yang indah dapat menyegarkan mata. Udara juga terasa lebih segar daripada saat berada di dalam gua kubur.
JT 2013 22Sept
Seneng kalo melihat masih ada yang melestarikan budaya ini 🙂
Aku juga ikut senang kak
Toraja, sala satu dari sekian banyak budaya di Indonesia yang aku suka. Budaya yang seperti ini, tradisi saat pemakaman. Ada keinginan untuk bisa menginjakkan kaki di tanah Toraja. Btw salam kenal 🙂
Salam kenal juga. Semoga menginjakkan kaki di Tana Toraja.
Yang gambar pertama kelihatan ada cinta banget loh ron.. 😀
Astaga!!! Jadi kamu membayangkan dipegang aku? :p
Loh, itu aku toh?? Kirain mantanmu!
Wah mantap banget kalau nyebut MANTAN?! Hahahahaha. Masih kebayang mantan?
ERRRRRHHHH!!!!!