Lobssttteeeerrrrrrr!!! Sepulang dari Pantai Timang, ya sekitar 2-3 km lah dari pantai. Setelah kebablasan dikit, akhirnya kami sampai di rumah Pak Siswanto. Rumahnya cukup sederhana seperti nelayan-nelayan yang tinggal di sekitarnya. Tidak ada tanda-tanda bahwa rumah tersebut menerima order masakan lobster. Ya seperti rumah perkampungan pada umumnya. Kami di sambut dua anak kecil dan menantu dari Pak Siswanto. Tak lama kemudian ngeeennngg!!! Anak dari Pak Siswanto pulang ke rumah.
Kami diajak ke kolam lobster di dalam rumah mereka. Tentu saja bukan kolam untuk berenang dengan lobster! Bisa-bisa disambit dengan gang lobsternya. Kolamnya paling cuma sejengkal tangan aja. Gak dalam kok! Masih takut renang!!
Kolam tersebut harus diberi pompa air sehingga air di dalam kolam dapat mengalir terus, karena jika air kolamnya tidak bergerak maka lobster tidak dapat bertahan hidup. Stok lobster mereka masih sedikit karena sudah ada yang sudah diantar ke pengepul lobster yang skala besar. Lobster-lobster ini dimasukkan ke dalam suatu wadah yang hanya berisikan serbuk gergaji untuk makanan lobster dan dapat mengurangi kematian lobster saat berada dalam pengiriman.
Harga lobster per kilogram jika saat hari-hari besar dapat mencapai Rp 800.000 per kg bahkan bisa lebih. Lah aku dapat harga berapa? Berhubung masih musim panen lobster dan bukan hari besar. Pada hari ini (25/1) harga lobster masih berkisar Rp 280.000 – Rp 300.000 per kg. Sebagai harga perkenalan dan kami datang karena rekomendasi Bapak Siswanto, maka anaknya memberikan harga Rp 250.000 untuk kami 1 kg sudah termasuk masaknya. Huwwwaaaaauuuuwww!!! DEAAALLL!!! Masaaaakkk!!!
Sebelum dimasak, lobster harus direbus dahulu gaes!!! Supaya dapat disantap dengan aman.
Sambil tiduran di ruang tamu, pasangan suami istri bahagia ini berkolaborasi membuat lobster saus tiram ala Pulau Timang.
Proses masaknya cukup lama gaes! Biasanya sih kalau makanan yang masaknya cukup lama enak atau malah enak banget!
Tak lama kemudian LOBSTER SAUS TIRAM ALA KELUARGA NELAYAN TIMANG sudah siap disantap. Dari 1 kg yang isinya 7 ekor lobster sudah berubah jadi 2 porsi masakan. Sebakul nasi, lalapan sayur sambal, kecap, krupuk, rempeyek, dan teh hangat disediakan untuk kami bertiga. Waahh rasanya seperti hidangan raja dari ketulusan hati keluarga nelayan sederhana.
Tak hanya itu saja. Setelah makan banyak pasti bawaannya ngantuk. Kami tidur di lesehan ruang tamu mereka dan tiba-tiba kami diambilkan bantal oleh anak Pak Siswanto, padahal kami adalah orang asing yang baru saja kenal. Inilah serunya bercengkrama dengan keramahan penduduk lokal. FEEL LIKE HOME!!
Jember Traveler 15 25Januari
Nyeeeemmm!!! ㄟ(≧◇≦)ㄏ
Krucuk-krucuukkk
Kenyanggg banget itu kalo satu kilo lobster dimakan sendiri! Bagi donk hahaha
Ini dimakan 3 orang. Hahahaha. Masih pengen makan di sana lagi.
Aaak lobsternya! Harus cepet-cepet kesana sebelum banyak orang tau huahahaha.
Iyap!!! Sebelum harganya melambung tinggi. Hahahaha
Pingback: Gondola Pulau Timang dan Keramahan Nelayan | Jember Traveler Indonesia·
asli laper bacanya. tambah liat potonya. ;(
Cocok dibaca dan diliat sambil makan nasi putih. Hahaha
murah amat ya, klo di resto seafood hidup bisa satu koma sekilonya….
Kalau musim panen ya murah. Kalau mahal ya tetap mahal jatuhnya.
Wuih murah dong kalau sekilo harganya segitu, masih segar pula 🙂 *langsung lapar*
Memang murah karena beli langsung ke nelayannya.
terimakasih atas pembahasan nya, sangat membantu sekali:)
Sama-sama