Di sela-sela kesibukan kerja, rasa capek itu pasti ada lah *namanya juga kerja* namun tetap ceria dan semangat. Daripada tidak ada aktivitas ya kan?! Wayang orang. Hmm jarang-jarang bisa nonton wayang orang. Pada kali ini ada info kalau di Pendopo Kepanjen, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta ada event wayang orang.
Garing banget jika aku harus berangkat untuk menonton sendirian, sampai pada akhirnya aku racuni teman-teman seperjuangan untuk menonton bersama. Lumayan lah, ada dua orang yang ikut menonton meskipun mereka menonton tidak sampai selesai.
Wayang orang Begawan Mintorogo didalangi oleh Bapak Agus Setiawan. Pemeran wayang orang berasal dari paguyuban wayang orang Panca Budaya Yogyakarta. Kegiatan ini dibuka oleh Ibu Camat Berbah, pagelaran wayang orang dilakukan untuk syukuran dalam rangka bulan Syawal atau bulan Ramadhan.
Cerita wayangnya bisa dilihat di bawah ini :
———-
Mintorogo, yakni Arjuna pada waktu bertapa mengasingkan diri. Minta berarti memisah, raga berarti badan yang kasar, jadi pada masa itu Arjuna menjernihkan pikirannya, supaya terpisah dari badan yang, kasar. Kehendak Arjuna bertapa itu supaya jaya nanti pada perang Baratayudha. Pada umumnya, seorang bertapa mendapat godaan dari segala setan, supaya batal tapanya.
Dalam cerita ini diriwayatkanlah seorang raja raksasa bernama Prabu Niwatakawaca di Imaimantaka. Raja ini berkehendak akan meminang seorang bidadari di Suralaya (tempat dewa-dewa) bernama Dewi Supraba, tetapi permintaan itu ditolak oleh Hyang Indra. Karena penolakan ini, Prabu Niwatakawaca sangat murka, ia hendak merusak Kaendran (tempat Betara Indra).
Pada masa kejadian ini, Raden Arjuna sedang bertapa di Bukit Indrakila dengan bergelar Begawan Mintaraga. Tetapi sebenarnya tapa Arjuna ini menjadikan khawatir Hyang Indra, karena Arjuna akan diminta bantuannya untuk melawan seorang raja raksasa Prabu Niwatakawaca itu, yang akan menempuh Kaendran. Maka Betara Indra menitipkan pada para bidadari untuk menggoda Arjuna, supaya batal dalam tapanya. Tetapi penggoda itu tak dapat membatalkan tapa Arjuna, malah sebaliknya mereka merindukan pada Arjuna.
Kesusul pula oleh kedatangan duta Prabu Niwatakawaca ke pertapaan itu, berupa seorang raksasa sakti bernama Mamangmurka. Kedatangan raksasa ini berkehendak akan membinasakan Raden Arjuna. Setiba Mamangmurka di pertapaan itu lalu merusak daerah pertapaan. Setelah hal ini diketahui oleh Arjuna, berkatalah Arjuna sebagai menyumpahi pada Mamangmurka, katanya: “Tingkah laku raksasa ini sebagai seekor babi hutan.” Seketika itu juga Mamangmurka berganti rupa jadi babi hutan dan diikuti oleh Hyang Indra dengan mengganti rupa seperti seorang pendeta bernama Resi Padya dan berhajat akan membunuh babi hutan itu. Ia melepaskan anak panahnya mengenai badan babi hutan itu, Arjuna pun mengikuti babi hutan itu dan memanahnya juga mengenai binatang itu.
Karena itu terjadi selisih antara keduanya, masing-masing mengakui bahwa anak panah yang mengenai babi hutan itu anak panahnya. Tetapi sebenarnya Hyang Indra sangat sukacita akan kejadian itu karena Hyang Endra dapat memberatkan tapi Arjuna dan akan minta bantuan pada Arjuna untuk memusnahkan Prabu Niwatakawaca. Kehendak Hyang Indra ini terlaksana, Niwatakawaca dibinasakan oleh Arjuna.
Untuk hadiah pada Arjuna, Arjuna diangkatlah sebagai raja di Kaindran untuk sementara hari lamanya. Menurut perhitungan Dewa sehari di alam manusia itu sama dengan sebulan di Kaindran. Arjuna bergelar prabu Kariti.
BENTUK WAYANG
Begawan Mintaraga bermata jaitan, hidung mancung, muka tetap bentuk Arjuna. Bersunting waderan rambut terurai gimbal udalan (terlepas) hingga menutup badan. Kain bersahaja, dengan perhiasan bunga di antara kedua kakinya, akan tanda suatu kemuliaan.
Sedjarah Wayang Purwa, terbitan Balai Pustaka tahun 1965. Disusun oleh Pak Hardjowirogo.
—–
Wayang orang ini meski diadakan di tempat yang agak terpencil namun peran dan aksi yang dilakukan sangat menghibur orang awam sepertiku. Anak-anak kecil yang menonton juga cukup antusias duduk di depan pentas tapi namanya juga anak kecil, sekitar jam 10 malam mereka sudah pulang ke rumah untuk tidur.
Segala bentuk akting dan gestur drama disajikan dalam tari tradisional. Make up dan aksesoris yang dipakai juga bagus. Pelakonnya juga cukup sedap di mata. Banyolan punakawan (Bagong, Petruk, Gareng, dan Petruk) juga cukup membuat perut menggelitik karena lucu.
JT 14 05Agustus
ooo.. akhirnya sudah bangun untuk update blog. congratZ! 😛
😛 weeekkk!!!!
Kapan-kapan mampir Solo, bisa nonton wayang orang sriwedari yang legendaris, setiap hari ada kok 🙂
Siyaaaapp mbak!! Minta CP nya dong biar bisa tanya info tentang wayang orang Sriwedadi. Katanya udah 100tahun ya??
Boleh kontak WA 081327040412
Pernah bikin tulisan juga ini tentang Wayang Orang Sriwedari http://usemayjourney.wordpress.com/2013/11/08/wayang-orang-sriwedari-dalam-pusaran-masa/ 😀
Matur nuwun mbak!!