Pada tahun 2014 ini adalah Festival Peh Cun ke-14 yang diadakan pada tanggal 1-2 Juni. Acara yang aku pelajari kali ini berlangsung di Pantai Parangtritis, Bantul, Yogyakarta. Festival ini digelar warga Tionghoa yang tergabung dalam JCACC (Jogja Chinese Art and Culture Centre).
Saat di Jember, Festival Peh Cun aku lalui dengan makan bakcang. Sejenis makanan tradisional, terbuat dari nasi ketan yang di dalamnya berisi irisan daging ayam atau daging babi. Aku tinggal di kawasan yang sebagian besar keturunan Tionghoa, dekat pula dengan klenteng.
Konon katanya Festival Peh Cun ini diadakan untuk memperingati peristiwa bunuh diri dari Menteri Qu Yuan dari Negara Chu. Beliau menyeburkan diri ke sungai karena sedih diusir dari ibukota negara dan cemas akan masa depan Negara Chu. Rakyat yang sedih melemparkan bungkusan nasi yang ditutup daun agar ikan-ikan di sungai tidak mengganggu jenasah Qu Yuan.
Selain bakcang, festival ini identik dengan lomba perahu naga. Nah saat aku melewatkan lomba perahu naga pada tanggal 1 kemarin, karena acara tersebut berada di laguna Pantai Depok. Sedangkan aku hanya berada di Pantai Parangtritis.
Nikmati saja acara yang ada di Pantai Parangtritis, siang yang terik ini acara yang berlangsung adalah lomba lukis naga yang diikuti oleh 150 pelukis baik dari domestik maupun dari mancanegara. Hal yang menarik dari pengamatanku adalah ada seorang wanita yang sudah berumur dengan menggunakan kursi roda. Gaya lukisannya bagus dan unik, hasil lukisan seperti menggunakan pisau palet untuk melukis. Padahal beliau hanya menggoreskan cat warna pada kanvas.
Aku terkesan dengan gaya beliau melukis, cukup lama aku melihat. Ada yang membuatku heran, kenapa beliau dikerumuni oleh orang banyak hanya untuk melihatnya melukis. Tak kuduga ternyata beliau bernama Bu Kartika yang merupakan anak dari pelukis terkenal di Indonesia yang bernama Affandi Koesoema.
Tepat pukul 11 siang, acara dilanjutkan dengan Jogja Lion Dance Competition memperebutkan piala Raja Keraton Ngayogyokarto, Sri Sultan Hamengku Buwono X. Kalau orang umum mengenalnya dengan lomba barongsai. Daerah yang mengikuti kompetisi ini yaitu Yogyakarta, Solo, Semarang, Kudus, dan Ambarawa.
Aku kembali ke Jogja kota untuk beristirahat. Namun ada yang mengganjal ketika aku berada di kost. Sepertinya aku harus kembali ke Pantai Parangtritis lagi pada malam harinya.
Jam 6 sore aku berangkat menuju Pantai Parangtritis. Perjalanan dicapai dengan lama 1 jam. Di panggung sudah ada firedance dan sexy dancer.
Acara pembakaran naga (liong) membuat malam gelap itu menjadi terang dan panas. Tak lama kemudian diadakan penerbangan lampion harapan. Aku yang berada di depan panggung memiliki kesempatan langka untuk mengambil gambar Sri Sultan Hamengku Buwono X sedang menerbangkan lampion harapannya.
Cukup puas dengan festival ini, aku kembali pulang karena keesokan harinya harus bekerja.
Puncak acara Festival Peh Cun tidak dapat aku ikuti pada tanggal 2 Juni 2014. Puncak acara itu dilakukan dengan memberdirikan telur di lantai pada siang hari. Konon katanya telur itu berdiri karena posisi matahari, bumi, dan bulan dalam keadaan sejajar sehingga mempengaruhi gaya gravitasi.
JT 14 01June
Yogya aman ron?
AMAN terkendali. Biang onarnya uda ditangkap tuh.