Totak’an doro, begitulah masyarakat Jember bagian Barat Daya menyebutnya. Adakah yang pernah mendengar kata tersebut? Aku sendiri yang hidup bertahun-tahun di Jember saja baru mengetahuinya. Adakah yang salah dengan aku? Atau karena memang sedikit informasi yang diungkap oleh mesin pencari di internet tentang totak’an doro ?
Aku hanya mengerti tentang “doro” (baca : burung dara atau merpati dalam bahasa Jawa). Apakah “totak’an”? Aku sama sekali tidak mengerti arti kata tersebut, bahkan sahabatku Pije yang tinggal di dekat lokasi acara tersebut juga tidak mengerti arti setiap katanya. Dia hanya mengetahui arti “totak’an doro” dengan penjelasan yang umum dan mudah dimengerti oleh orang awam.
Totak’an doro adalah tradisi tahunan yang diadakan oleh sebuah pondok pesantren Al-Qodiri yang ada di Wonosari, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember. Begitulah penjelasan singkat dari Pije.
Bagaimanakah gambaran tentang tradisi ini? Pije juga menjelaskan lebih banyak yaitu tradisi melepas burung merpati semua miliknya secara massal bersama dengan milik orang lain. Kekompakan burung-burung tersebut akan teruji ketika mereka kembali semua ke rumahnya. Sambung Pije.
Acara ini cukup unik. Mengapa?
Kumpulan merpati yang diterbangkan bersama-sama yang lain diharapkan bisa pulang ke rumah aslinya. Nah bagaimana jika ada merpati-merpati orang lain yang juga ikut hinggap di rumah? Ya tentu menjadi pemilik dari rumah tersebut.
Tradisi yang unik dan seru bukan?! Hanya saja aku dan Pije belum menemukan tradisi tersebut diadakan setiap apa dan diadakan untuk menyambut apa. Sungguh masih menjadi misteri yang menggerogoti sumsum otakku.
Para pemilik burung merpati ini sudah memadati halaman depan pondok pesantren setelah sholat Lohor selesai. Mereka berdatangan dari beberapa kecamatan tetangga yang cukup jauh juga. Ketika aku datang kemari, ternyata sedikit dinodai dengan undian dari caleg yang sedang berkampanye. Para peserta geram menunggu undian itu selesai, mereka takut merpati-merpati mereka yang didalam sangkar juga lelah sehingga dapat menyebabkan kematian. Mereka juga protes sehingga aku melihat beberapa merpati sudah diterbangkan.
Harga merpati-merpati ini cukup mahal bagi mereka. Harga seekor merpati biasa berkisar Rp 30.000,- saja. Bagaimana jika mereka membawa merpati yang lebih besar lagi? Tentu mereka takut jika mati dan mengalami kerugian hanya karena menunggu undian. Harga merpati yang besar sekitar Rp 50.000,- per ekor. Dalam satu kurungan terdapat 10-20 ekor burung merpati.
Keseruan acara ini memang sedikit berkurang dari tahun-tahun sebelumnya. Tapi aku bangga bisa menikmati momen tersebut sudah bertahun-tahun lestari di Jember. Aku berharap acara di tahun depan bisa jauh lebih baik lagi.
TAMAT
JT 14 29Mar
Waaah…. Merpati takkan pernah ingkar janji bro.
Dia akan kembali ke rumahnya setelah mampir ke rumah pasangannya dahulu…. 😀
Ahahahaha seriusss??!!
Hahaha… setelah puas di rumah pasangannya dulu, baru dia balik ke rumah
Berarti belum sah kalau belum satu rumah ya. Hahaha
kabari aku kalo ada lagi yes?
Beres. Tahun depan pastinya
NB bro… Kata “TOTAK’AN” sndiri brasal dari bahasa madura yang berarti “DITUMPAHKAN” klo dlam bhasa jawanya “DISUNTEK” tu ja yg aq tau… Smoga bermanfaat
Wah terima kasih banget atas infonya!