Memang tak lengkap rasanya jika jadi orang Jember tapi tidak mengunjungi air terjun Tancak. Begitulah sindir salah satu teman yang lebih suka dikenal sebagai waterfall hunter.
Aku pribadi memang mendambakan untuk bisa ke air terjun tancak, segala kendala baik karena waktu atau tidak tahu rute-nya. Cukup klasik sih namun itujadi pertimbanganku yang penting.
Minggu pagi ini kami berangkat ke perempatan jalan yang berada di Mangli, kami memilih jalan ke Utara atau ke arah Kecamatan Panti. Papan penunjuk jalan sudah terpasang jelas di beberapa bahu jalan.
Daniel, Rizal, dan aku menuju sebuah minimarket di dekat perempatan itu. Bukan mau belanja, bukan pula mau mengamen untuk mencari uang recehan atau cuma sekedar hobby. Di sana sudah ada Wildan dan Whyda yang sudah menunggu kami. Aku kaget karena yang menjadi penunjuk arahnya adalah Whyda. Dia adalah wanita pendaki gunung. Salut deh.
Beruntung sekali kami bersepeda motor di saat jalan masih kering, saat ini musim pancaroba atau peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau. Jalanan beraspal terlihat landai. Sampailah kami melewati Desa Suci yang melewati daerah perkebunan.
Kami berhenti untuk beristirahat di perumahan milik perkebunan yang dihuni oleh 20 keluarga dari pekerja perkebunan. Tempat ini bernama Kaliklepuh. Bercanda gurau sejenak dengan warga setempat cukup menghilangkan peluh selama berkendara.
Motor kami pacu kembali terus naik. Pemandangan lereng Argopuro memang indah dan beragam tumbuhan. Menurut pendaki gunung yang berpengalaman, Argopuro memiliki banyak air terjun. Jika kita mendaki 2-3 hari lagi, maka kita akan menemukan lapangan terbang kuno yang dibangun pada masa penjajahan Belanda.
Jalanan menjadi lebih seru ketika sepeda motor kami harus melewati sungai kecil. Daniel yang kurang waspada dengan jalan sungai terjatuh di sungai. Wah gawat, sepeda motor-nya tidak bisa menyala karena kemasukan air. Busi-nya basah sehingga listrik tidak bisa menyala. Ya terpaksa Daniel harus berjalan kaki bersama Whyda. Loh kok ikut berjalan juga? Whyda yang dibonceng Wildan itu harus turun juga karena motor melewati tanjakan yang agak licin.
Motor-motor kami berhentikan di dekat tanah yang cukup lapang, sedangkan motor Daniel terbaring di tepi sungai sambil menunggu air di dalam motor keluar semua. Di sini kami mulai berjalan kaki. Jalanan cukup menanjak membuat Rizal yang berbadan sehat itu menjadi kelelahan. Tak khayal jika Rizal berada di urutan belakang. Aku yang iba pada akhirnya menemaninya.
Tanjakan memang cukup berbahaya, adapula tanjakan vertikal sehingga harus berhati-hati jika mendaki sendirian. Rasa lelah semakin hilang ketika beristirahat sejenak di bawah pohon dengan sejuknya pegunungan. Suara deras air terjun cukup melegakan hati ini.
Inilah Air Terjun Tancak tingkat kedua. Kami tidak bisa turun ke bawah air terjun karena jalan yang tidak mendukung selain itu kami juga tidak membawa tali untuk bisa turun.
Lanjut naik lagi saja lah! Meski pernah salah memilih jalur akhirnya kami kembali juga. Awalnya kami memilih jalur untuk bisa berada di air terjun tancak tingkat ketiga, namun medan di daerah tanaman kopi itu cukup berbahaya dilewati. Kami kembali menyusuri sungai tepat di atas air terjun Tancak kedua.
Harus berhati-hati pula jika menyusuri sungai, meski arusnya kecil tapi kedalamannya beragam. Kadang batu-batuan yang kami pijak juga licin dihinggapi lumut. Ada pula pacet (lintah kecil) yang bisa menghisap darah anda. Aku pun dihinggapi pacet itu dan pastinya segera aku buang.
Sampailah kami di Air Terjun Tancak Tingkat Ketiga. Air yang turun ke bawah terasa segar dan jernih.
Suhu udara cukup dingin, angin yang berhembus juga kencang. Langit juga mulai berwajah murung. Hujan pun mengguyur kami yang sedang menikmati keindahan air terjun. Hujan mulai reda, kami pun kembali pulang.
Lantas bagaimana dengan sepeda motor Daniel? Ya tentu saja harus didorong sendiri. Beruntunglah jalanannya menurun. Namun cukup berbahaya pula karena hujan deras mulai mengguyur kembali. Sampai di suatu tempat, aku yang menggantikan Daniel untuk mendorong motor-nya sedangkan Daniel ya memakai motor-ku. Aku cukup iba melihat Daniel yang sudah terlihat kelelahan mendorong motor-nya sendiri.
Hujan terus deras mengguyur, aku berusaha menjinakkan jalanan yang turun dengan aliran air hujan dan juga motor yang tidak bisa menyala itu. Tak lama kemudian kami sampai pada perkampungan warga yang menjual tali rafia. Nah penderitaan pendorong motor ini mulai berkurang. Tetap saja tali rafia itu putus karena tidak bisa menahan beban. Terpaksa aku harus mendorongnya lagi manual. Aku pun melihat ada warga yang menjual tali rafia namun tali rafia yang sudah dianyam untuk mengikat hewan piaraan pada umumnya.
Tali anyaman ini cukup kuat membawa kami kembali ke kota. Keberhasilan ini kami rayakan dengan makan mie ayam Apong yang berada di dekat sebuah supermarket.
Perjalanan yang mengeratkan tali persaudaraan bukan? Itulah yang menjadi motivasiku untuk berjalan dengan mereka, selain itu tentunya untuk mengukur kemampuan fisik diri sendiri. Dan yang terutama mengenal ciptaan Tangan Tuhan khususnya di tanah kelahiranku, Jember.
TAMAT
JT 14 16Mar
keren keren!! beruntunglah kalian yang tinggal di tempat yang masih bisa dieksplor. #iriaku
Tuhan yg kasih keberuntungan bro. Join aja sewaktu-waktu. Tuh ada kamar kosong di rumah kalo ada temen-temen yg mau numpang d Jember.
tak ngejak Kristin yo kapan-kapan..
Ajak aja deh. Biar dia gak galau di sana. Hahaha
tapi abot lek ngejak de’e.. hahahhahhah
Wah Kristin makin lemu ya?? Hahaha
poooollllll wkwkwkkkw
Hahahahahaha
Wah…. satu lagi spot wisata yang harus di kunjungi nih..
Wah ayo silakan. Hehehe
Siap…. *sambillirikdompet#
Pemandangannya keren bangettt…. tapi perjalanannya kok ekstrem hehe. Jadi kepingin cepet-cepet explore ke Jember 🙂
Kalau menurutku masih standart extreme nya. Yg penting ada orang yg pernah kesana. Kalau naik lagi sampai 2-3 hari. Itu yang extreme banget. Hehehe
PR banget ya buat sampai ke air terjunnya hehe. Seru tuh, bisa explore potensi wisata lokal jember 🙂
Seru dan menantang tapi harus datang secara rombongan dan ada yg pernah ke sana atau minta antar sama penduduk lokal.
Ternyata jember menyimpang banyak pesona, gw pikir papuma aja 🙂
Bukan menyimpang tapi menyimpan. Hahaha
kayanya jember harus masuk list tujuan backpacking nih… keren om 😀
Yang keren itu harus lebih berhati-hati. Kalau bisa ajak temen backpacking lokal. ^_^
Mas lokasinya di mananya air terjun tancak??
Sudah ada di artikel itu. Coba dibaca ulang pelan-pelan. Makasih ya. Hehe
kira kira perjalanan dari kampung ke air terjun yang paling bawah berapa kilometer?
Air terjun yg mana dulu nih??? Sekitar 2 km an lah.
Izin kutip ya buat artikel saya
Silakan mbak