Syukur kepada Tuhan, atas kebesaran-Nya kami menjadi saluran berkat untuk orang lain. Setiap tahun, Kota Jember ini menjadi tuan rumah dari event Jember Fashion Carnival. Sebagai tuan rumah yang berusaha menjadi lebih baik, kami bingung untuk memberikan sambutan yang baik untuk beberapa teman baru yang berkunjung. Tanpa sadar saya usulkan kepada teman-teman yang lain dari luar kota untuk menyambut mereka dengan cara camping di Papuma.
Lewat media sosial di facebook dan couchsurfing, kami woro-woro kegiatan itu. Namun mendekati hari-H respons yang diterima sedikit. Tak khayal hanya membutuhkan dua tenda saja.
Sore itu pun tiba setelah beberapa kalender harian terobek satu per satu. Kami pun berangkat menuju pantai yang menjadi icon Jember ini. Kedatangan kami mungkin sedikit kemalaman sehingga kami hanya melihat bayangan senja yang menghilang dilahap kegelapan malam.
Tak di sangka ada rombongan dari Surabaya yang terdampar ke Jember karena tidak menemukan penginapan. Memang bukan rahasia umum lagi, penginapan akan penuh setiap perhelatan JFC diadakan. Untunglah beberapa dari kami membawa sleeping bag dan sarung untuk alas tidur. Kedua tenda hanya untuk mereka yang wanita, sedangkan yang pria tidur di depan warung yang setia memandang ke pantai pasir putih.
Di warung milik Bu Umi langganan dari Bang Jhon dan Daniel, kami saling bercengkrama. Ditemani keanggunan bulan yang menampakkan diri di ujung langit dan kerlap-kerlip kemewahan bintang-bintang. Kami dan beberapa teman baru menikmati santapan ikan-ikan bakar dan lalapan pedasnya. Tak lupa menu special berupa gurita asam manis kami pesan untuk makan bersama-sama. Meski baru pertama kali, saya memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan supaya perkenalan yang baru terjalin ini masih terus terjalin sampai di kemudian hari.
Perbincangan yang sederhana dan saling mengenal ini tanpa terasa menggerakkan jarum jam menjadi tengah malam. Hanya ada pelita dari bulan dan bintang saja yang terpancarkan dengan hangat. Warung Bu Umi tutup, para wanita tidur di dalam tenda dan yang pria tidur di kursi-kursi depan warung, ada pula yang tidur di dalam mobil. Memang begitulah seharusnya pria harus melindungi wanita. Kami terlelap tidur demi esok hari yang lebih cerah.
Seberkas sinar terpantul dari cermin langit membuat kepalaku terangkat tanda matahari akan hadir melawan gelap dunia ini. Saya terbangun dari keheningan pagi ini, tak kusadari beberapa tetes embun membasahi wajah ini. Saya ikut membangunkan para sahabat dan teman baru yang lain untuk menanti matahari pagi.
Kedua kaki ini melangkah melewati pasir dan karang-karang hanya untuk mencari tempat yang layak. Suatu tempat untuk bersyukur atas pagi yang indah ini. Tampak seorang ayah yang mengajarkan anaknya memancing di karang tempat saya berpijak. Ayah yang penuh kasih sayang ini mengajarkan filosofi bagaimana cara berjuang hidup sehingga terpatri di dalam benak sang anak.
Bunyi toa dari beberapa pengawal pantai menghalau kami untuk melihat matahari terbit dari tempat terbaik. Bukan jahat atau takabur dengan kesewenangannya, mereka hanya mencegah pengunjung pantai dari arus laut yang mulai mencoba meluluhlantahkan ketangguhan batu karang. Demi keselamatan diri, kami berpaling dari karang-karang dan kembali ke tempat kami berteduh.
Kedua jarum jam sudah menunjukkan sudut 270o , kami harus kembali menuju kota karena pagelaran tahunan ini akan segera dimulai. Di depan gunung karang dan di bawah langit yang cerah, kami mengabadikan gambar bersama sebagai ikrar tali persahabatan yang baru. Pertemuan yang singkat ini terus berlanjut tanpa terhalang oleh jarak dan waktu.
Papuma kala itu adalah secuil anugrah dari Sang Khalik.
JT 13 25 08
ah sedih gabisa gabung. hehe. padahal sudah sampek sana. this year maybe?
Semoga Tuhan mengijinkan. 🙂
laopo Kristin nang kono?
Mesakne iku Jon. Sekantor cari penginapan di Jember tapi full. Akhirnya ngikut kita camping di papuma. Hahaha
cemplungno laut ae lak gak popo 🙂
Rencanae ngunu, buat umpan mancing gurita dan ikan kakap. Hahaha 😀
hahahahahah…. gak entok gurita malah entok paus Ron..
Hahahaha kl entok paus, susah ngrikiti ne Jon. Langsung wong Papuma pesta petik laut. Hahahaha
suka ama batu-batu papuma tapi lebih suka lagi kalo guritanya dikasihkan ke ane hehe…penasaran ma gurita,.rasanya kayak apa yach
Rasanya kenyal-kenyal asam manis. Hahaha
kayak cumi-cumi kah?
Lebih kenyal gurita. Masaknya lebih lama daripada masak cumi-cumi
Foto yang anak sama ayah keren.. dan cumi keliatannya enak banget.
Terima kasih, kebetulan aja dapat moment itu.
Itu gurita (octopus) bukan cumi, kakak!! Hehehe
wah iya ya? gurita aka octopus, kalau udah kepotong potong gitu keliatannya kayak cumi hahahaha! Rasanya beda gak sama cumi? kalau sotong itu cumi atau gurita atau beda lagi? *mulai ngelantur*
Rasanya beda sama cumi. Kalau gurita ini harus dalam keadaan panas supaya nikmat dimakan. Kalau buat saya, sama enaknya. Hahaha
yumm.. panas pake nasi putih? mantep…
Yes. Pakai nasi putih dan lalapan sambal tambah lebih mantap
min bedanya gurita sama cumi-cumi itu apa sih?
Gurita (octopus) dagingnya lebih tebal daripada cumi-cumi (squid).