Pada cerita sebelum, kami sepulang dari Batu Caves dengan menggunakan MRT menuju Central Market untuk menemui Andy. Namun kami tidak punya petunjuk untuk mencapai Central Market, terus bagaimana dong?
Dengan bahasa Inggris seadanya, kami bertanya ke petugas yang menjaga loket di stasiun. Kami diberi petunjuk untuk berhenti di stasiun yang dekat dengan Central Market. Fiuuuuhh syukurlah…
Lah lantas dari stasiun sampai ke Central Market bagaimana? *mikir*
Ah tenang aja, kan ada GPS di telpon genggam saya. Maklum lah, orang kaya yang beli nomer perdana Malaysia dan pulsa yang cukup banyak. Ehemmm. Aslinya sih abis ketipu sama yang jualan kartu perdana. Hahahasyeeemm…
Kami berjalan kaki dari stasiun ke Central Market, beruntungnya saya melihat Andy yang berada di Central Market. Daritadi cerita tentang Central Market terus, emang apa sih Central Market itu?
Central Market itu adalah semacam pasar yang menjual pernak-pernik oleh-oleh khas Malaysia. Jadi jangan kaget kalau mampir ke sini kalian melihat banyak kaos, gantungan kunci, dll dengan gambar twin tower Petronas.
Kaki sudah agak pegal karena berjalan kaki terus. Untuk mengatasi kelelahan kami, Andy yang baik hati ini me-nraktir segelas teh tarik kepada kami. #terharu
Kami berjalan kaki lagi menuju daerah kementrian Kerajaan Malaysia.
Wiuuuwwww kementrian kerajaan dengan arsitektur unik itu berdiri megah di depan mata saya. Kami beristirahat sejenak sambil meluruskan kaki. Narsis-narsis banyak dikit lah.
Berjalan kaki lagi menuju stasiun. *hash
Sesaat semua bergegas menuju MRT, saya masih takjub memandangi sebuah masjid bergaya arsitektur India yang sedang direnovasi.
Ting Tong!! Pintu MRT sudah tertutup, saya berlari mengejar teman-teman yang sudah di dalam. MRT pun melaju dan tampak teman-teman yang melambaikan tangan sambil tertawa. Hadaaahh!! Bagaimana ini kok bisa tertinggal?!
Ya sudahlah saya hanya tersenyum manyun sambil menunggu MRT selanjutnya. Syukurlah 10 menit kemudian ada MRT lagi yang datang dan masuk ke dalam sambil mempertahankan senyum manyun khas saya.
Akhirnya saya sampai juga di stasiun selanjutnya, tampak teman-teman yang memandang saya seperti seorang artis yang datang sambil tertawa terbahak-bahak melihat kekonyolan saya.
Dari stasiun kami berjalan kaki menuju apartment Andy. Istirahat sambil menurunkan adrenalin yang terpompa kencang gara-gara ketinggalan MRT.
*****
Cetinggggg!! *suara SMS masuk*
Ternyata Andre mendapat SMS dari Jard bahwa dia sudah siap untuk mengajak kita jalan-jalan dengan “kereta kencana”-nya.
Kami berpamitan dulu dengan Andy yang sedang sibuk bekerja di meja kerjanya. Dan saya terkejut saat diberikan kunci elektrik apartment sehingga nanti pulangnya bisa masuk tanpa merepotkannya.
Hah!! Serius dibawain kuncinya!! *heran*
Kami berjalan kaki lagi menuju tempat janjian dengan Jard si gadis Malaysia yang kami kenal dari sosial media. Seperti apakah sosoknya?? Uhuuiii…
Setelah cukup berjalan kaki dan naik turun undak-undakan, kami bertemu Jard dengan mobilnya yang imut.
Broomm!! Broomm!! Jard menyetir mobilnya layaknya pembalap F1 meskipun di dalam mobil dengan backsound lagu-lagu Indonesia dari Peterpan. Hahaha…
Degup kencang jantung mulai melambat seketika mobil berhenti di kawasan Pasar Baru. Nah di pasar baru ini bukanya menjelang sore aja. Pedagang-pedagang yang menjajakan aneka kuliner yang siap mengelus perut kami yang sudah bertingkah liar (baca: lapar).
Dari ujung ke ujung kami berjalan berburu beberapa makanan dan minuman yang membuat air liur kami menetes dengan cukup deras.
Jard yang baik hati ini membelikan beberapa bungkus makanan dan membawa kami di Taman Tasik Titiwangsa supaya bisa makan dengan suasananya yang lebih nyaman.
Hari menjelang sore, kami menyantap makanan khas Malaysia.
Seketika saya terkejut dengan makanan yang dibungkus dari Pasar Baru ini.
Dengan berbisik dan berbicara dengan suara yang pelan, saya dan Andre berdiskusi demikian :
Saya : Ini kan nasi pecel! Kok nasinya berwarna biru?
Andre : Tapi kok sayurannya mentah semua?
Saya : Ada ikan asinnya juga enak.
Andre : Rasanya memang sedikit aneh di lidah tapi enak juga.
Seperti apakah nasi “pecel” berwarna biru ini?? Ayo coba disimak!
Terlihat menggugah selera kan?
Nama makanan ini adalah nasi kerabu. Asalnya dari pantai Timur Malaysia. Isinya mirip-mirip nasi pecel namun lebih banyak bumbu rempah-rempah.
Bagaimanakah nasi itu bisa berwarna biru? Nah itu dia yang membuat saya penasaran. Awalnya saya berpikir kalau warna birunya berasal dari blawuh atau mungkin juga dari pewarna makanan.
Ternyata rahasia warna biru terang itu berasal dari kelopak kembang telang.
JT 13 02 15
*Jard menyetir mobilnya layaknya pembalap F1 meskipun di dalam mobil dengan backsound lagu-lagu Indonesia dari Peterpan* <<—- pretttttttttttttt
Hmmmpppffff *tahan tawa*