Berawal dari promo tiket murah dari maskapai merah. Kami berempat yaitu Ainun, Andre, Mbak Irma dan saya mendapatkan tiket seharga 270ribu saja untuk pulang pergi per orang. Cukup murah kan?! Tapi kami harus menunggu selama 6 bulan untuk terbang. Namanya juga tiket promo. Tiketnya murah kan?! *yang baca nggak iri ya*
Berangkatlah kami dari Juanda, Surabaya menuju Bandar Udara LCCT di Selangor, Malaysia. Di atas pesawat saya mencoba makanan khas Imlek yang hanya ada pada waktu itu saja. Namanya sih “Uncle Chin’s Chicken Rice”. Ya bisa dibilang sejenis nasi lemak khas Malaysia. Nasi dengan dilumuri bumbu lemak dan irisan daging ayam yang haujek. Memang tak lengkap kalau ke Malaysia kalau tidak mencicipi nasi lemak. Keliatannya sih sedikit, tapi bener-bener bikin kenyang #heekkk
“Terima kasih!” Senyum manis dari pramugari. *Iya mbak, mau jadi pacar saya nggak mbak?! #eeaa
Kami hore setelah sampai di sini, seperti ayam yang baru lepas dari kandangnya.
Suasana berubah mencekam saat memasuki antrian imigrasi. Petugas imigrasi cemberut amat wajahnya. Pasti baru putus cinta ya?! Ciyee ciyee!! Jeduook paspor langsung distempel. Wikikiki ngacir dari antrian.
Ok joss. Kami masuk ke dalam bus menuju ke KL Center. Sesuai buku punya Ainun yang ditulis oleh traveler entah siapa namanya. Habis tadi diajak kenalan gak jawab jawab. Geje..
Di sini saya dan Andre membeli kartu seluler malaysia dengan paket data internet. Awalnya engko-engko yang jual itu bilang harganya cuma RM 20 aja buat 1 minggu. Eh setelah disetting GPRS nya sama tuh engko, jatuhnya RM 70 per handphone. Mendadak saya dan Andre kompak paduan suara dengan menyanyikan lagu asuuuuuuu!!! #Sebel
Harus antri panjang lagi untuk naik bus ke Melaka.
Di tengah perjalanan menuju Melaka, saya iseng-iseng browsing dengan ponsel yang sudah disetting mahal. Lah lah kok dari LCCT ada bus yang langsung ke Melaka. “Ainuuuunn!!! Bukumu sesat!! *sobek-sobek*
Di terminal Melaka hujan deras. Adakah cara untuk ke kota tuanya?! Sim salabim!! Abrakadabra!! *Cling* Muncul jin, eh sopir taxi yang keturunan India. “Acha acha saya hantar ke sana?! Bayar RM 25 lah kau?!”. Iseng coba pakai logatnya sambil patah-patahkan leher ke kiri dan ke kanan, “Baiklah bapak, ayo kita berangkat. Joss!!” Tuh dialog nya pakai bahasa Inggris loh, abis dubbing.
Hujan masih membara ketika kami di kota tua Melaka. Jalanan macet saat mau menuju hostel. Apakah si komo lagi lewat? *tanya ke Kak Seto*
Hang Jebat! Hang Jebat!! Kami turun di Jalan Hang Jebat. Hujan!! Masuk ke suatu hostel yang bagus dan salah alamat. Duarrr!! Duaarr!! Untunglah mak cik yang baik hati ini menghubungi karyawan hostel kami. Tuk tuuukk tuuukk datang tuh karyawan. Cepet banget datangnya!? Bukan jin kan?!
Pegawai hostel hanya membawa dua payung. Satu payung untuk Ainun dan Mbak Irma. Satu payungnya untuk pegawainya dan Andre. Saya sendiri berjalan di pinggir menghindari hujan. #Byooorrrr!!!!
Akhirnya kami sampai di hostel dengan nuansa rumah-rumah pecinan. Nama hostel kami adalah “Voyage Guest House”. Cukup rogoh kocek Rp 75.000,- per orang. Mantap banget saat lihat sebelah kamar dihuni oleh cewek-cewek dari Eropa Timur. #auwwwooooo
Bersambung
JT February 13-14 2013
Pingback: Melaka β Keindahan Pluralisme yang Nyata (part 1) | Jember Traveler Indonesia·
ranjangnya seksi-seksi π
Waahh blogku disatroni blogger femes internasional euy!! hehehehe